Wednesday, October 27, 2010

TUGASAN INDIVIDU - ARTIKEL


Pendidikan  Seni Di Malaysia
Antara Kontekstual dan Esensial
Oleh Izani Mat il M. Hum.

Pendahuluan



            Bila menyentuh pendidikan seni di Malaysia pada saat ini , memang penuh dengan kritik, bahkan mungkin  kritiknya amat tajam sehingga menimbulkan jalan fikir untuk meninjau kembali struktur pendidikan seni di Malaysia. Sejak diperkenalkan secara formal pada 1922  hingga kini pendidikan seni telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang. Pendidikan seni yang pada peringkat awal diperkenalkan di SITC cukup selesa dengan keberadaannya kini semakin banyak menerima keritikan. Kritikan yang tajam akhir-akhir ini akhirnya meletakkan pendidikan seni sebagai pendidikan kelas dua yang menyebabkan ramai ibubapa tidak menggalakkan anak-anaknya mempelajari mata pelajaran pendidikan seni. Banyak orang mengatakan bahawa pendidikan seni pendidikan yang tak sampai, pendidikan yang salah tafsir, pendidikan sia-sia, pendidikan yang perlu direformasi dan sebagainya. Kalaulah keadaan yang sedemikian berterusan hal ini perlu dikaji secara mendalam, dimana letak permasalahan yang perlu ditinjau kembali.
            Terus terang tidak mudah untuk menulis tentang pendidikan seni secara menyeluruh, walaupun begitu penulis akan berusaha memberikan tanggapan mengenai pendidikan seni yang ada dipendidikan umum di Malaysia. Sebelum penulis membahas lebih jauh mengenai pendidikan seni, ada baiknya kita ketahui dahulu apa sebenarnya yang dikatakan pendidikan.
            Berdasarkan pengertian pendidikan secara umum (segala bidang pendidikan), pendidikan adalah tuntunan hidup dalam proses pertumbuhan kanak-kanak[1]. .Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Belanda,  Paedagogiek. Pais bererti anak; gogos artinya membimbing/tuntunan; iek artinya ilmu. Jadi secara etimologi Paedagogiek adalah ilmu yang memberikan bimbingan kepada kanak-kanak. Dalam bahasa Inggeris pendidikan diterjemahkan menjadi Education. Education berasal dari bahasa Yunani educare yang bererti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dibimbing agar tumbuh dan berkembang.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha secara terancang  dalam pembentukan pembangunan sumber daya manusia yang berkualiti, berdedikasi, berkeperibadian, bertanggungjawab, berpengetahuan, beriman, berbudi dan terampil untuk mencapai tahap  manusia yamg berguna. Peranan  pendidikan dalam kehidupan manusia sangat penting dan mempunyai pelbagai aspek kehidupan bagi setiap individu. Proses belajar yang sedemikian merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus terintegrasi didalam satu titik pusat pendidikan .
Dalam upaya membentuk manusia yang mampu hidup dalam segala kondisi, pendidikan dapat dilalui melalui tiga saluran pendidikan yang saling berkait. Tiga jalur pendidikan tersebut yaitu,  pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah, jalur pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh organisasi atau badan-badan tertentu dalam masyarakat dan jalur pendidikan informal yang berlaku di dalam lingkungan keluarga.
Dalam hal ini untuk memberikan pengeartian yang luas bagi peranan pendidikan yang berorentasi bahwa pendidikan selalu saling ada hubungan antara pendidikan informal, non formal dan formal, kerana paling tidak keberadaan pendidikan formal adalah mempersiapkan tenaga yang mengikut keperluan fungsi sosial dalam masyarakat.
Dalam kaitan ini perkembangan seni, secara hakiki tidak dapat dipisahkan dengan masalah pendidikan.[2]  Pendidikan seni adalah salah satu segi usaha pendidikan yang bermaksud mendidik dan memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengembangkan rasa keindahannya, sesuai dengan bakatnya serta selaras dengan kemampuan kodratnya atau dengan kata lain mengungkapkan naluri estetiknya , agar ia dapat berkembang sebagai manusia estetis yang aktif, kreatif dan berpribadi.[3] 
Konsep matlamat pendidikan seni kearah membentuk keperibadian perlu diteliti kembali dalam pengajaran dan pembelajaran pendidikan seni di Malaysia.  
Pada hakikatnya hampir seluruh aspek kehidupan manusia berkaitan dengan kegiatan seni.  Mengingat lahirnya berbagai jenis seni adalah ekoran dari keperluan manusia untuk kepentingan hidupnya,  pemanafaatan setiap jenis seni akan menjadi lebih mantap jika memahami beberapa komponen yang menjadi prinsip terwujudnya sebuah hasil karya seni.[4]

Semakin merdekanya sesuatu bangsa dan semakin terbukanya peluang sesaorang menikmati seni semakin besar pula kesempatan itu dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Pendidikan seni sangat strategis dan sangat menunjang pembentukan jiwa Dan menjadi lahan yang subur untuk menumbuhkan jiwa kreativiti. Daya kreatif ini tidaklah hanya sempit dibidang kreativiti seni semata-mata tetapi kreatif dalam erti yang luas seperti   kreatif menciptakan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan masyarkat, kreatif menyelesaikan masalah, atau dengan kata lain kekayaan kreativiti yang tidak terhingga.
Dari uraian tersebut, pengembangan seni melalui pendidikan perlu diusahakan agar dapat menampung dan menumbuhkan kreativiti dalam berkarya, meningkatkan apresiasi masyarakat serta memperluas kesempatan mesyarakat menikmati seni. Dalam hal ini pendidikan seni memiliki makna ganda yaitu:  
  1. Seni dapat diajarkan melalui pendidikan disekolah,sejak pendidikan dasar, pendidikan     umum atau menengah dan pendidikan  tinggi, yang perlaksanaanya melalui kurikulum mahupun ekstra kurikuler.
  2. Seni dapat diajarkan melalui pendidikan luar sekolah, berupa kegiatan paguyuban , sanggar , lembaga masyarakat ,balai latihan kerja seni.
    Dalam kaitan pendidikan seni ,maka makalah ini akan membatasi permasalahan dalam pendidiakn formal khususnya dalam bidang seni rupa sesuai topic pembahasan apa manfaatnya dan probelematikanya pendidikan tersebut.
Pendidikan seni rupa hakikatnya sebagai salah satu usaha untuk mencapai pendidikan nasional, yang dijabarkan dalam Institusional sehingga menjadi saranan yang efektif dalam meningkatkan Dan mengembangkan ekspresi jiwa yang dapat dari pengalaman-pengalaman.
            Dengan termasuknya pendidikan seni rupa menjadi salah satu penunjang pembangunan nasional dalam bidang pendidikan , maka terciptalah mata pelajaran ini disekolah-sekolah umum. Adapun yang menjadi tujuan dari pendidikan seni rupa adalah untuk menanamkan  dan mengembangkan cita rasa keindahan dan ketrampilan berolah seni serta rasa cinta dan bangga terhadap seni budaya bangsa.
            Kalau kita telusuri pendidikan seni rupa diIndonesia masuk dalam studi kesenian . Pendidikan ini lahir dan tampil pada tahun enam puluhan, sebagai saranan dan wadah bagi anak didik yang mengungkapakan pikiran dan peranannya dengan kebebasan.Dengan latar belakang ini dikembangkan pendidikan seni rupa di dalam kurikulum agar siswa dapat mengembangkan kreativitas yang bebas dan sekaligus pengembangan ekspresi jiwa.
            Pendidikan seni rupa sebagai ekspresi diperkenalkan di Indonesia bersama dengan ajaran-ajaran mengenai teori pendidikan Montessori dan teori estetika dari Susan Langer,Stanyana, John Dewey, Herbert Read dan Victor Lowenfeld yang diajarkan diperguruan tinggi seperti seni rupa ITB.Jadi sebetulnya tidak begitu lama kurang  lebih pada tahun lima puluhan.Meskipun Sudjojono telah menggunakan kata ekspresi untuk tulisan yang menyerang lukisan gaya Basuki Abdullah awal tahun empat puluhan , namun praktek pendidikan yang menerapkan seni sabagai ekspresi baru merupakan  eksperimen di Taman Siswa dan diterapkan setelah tahun enam puluhan .
            Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah  menengah umum dapat dilihat dari kurikulum 1975 tercantum pendidikan seni rupa sebagai berikut:
1.      Siswa memiliki pengetahuan Dan pengertian yang cukup memperkembangkan pengetahuan dan pengertiannya dikemudian hari.
2.       Siswa dapat menikmati, mengagumi Dan mempunyai apresiasi serta orentasi tentang karya seni Indonesia  dan luar Indonesia.
3.       Siswa memiliki ketrampilan yang cukup memadai dalam bidang kesenian sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupan di kemudian hari.
Akhirnya tujuan ini disederhanakan dalam kurikulum SMU tahun 1984 yaitu; siswa memiliki kemampuan berapresiasi terhadap alam lingkungan Dan karya seni, dapat memanfaatkan pengalamannya untuk berkomunikasi secara kreatif melalui kegiatan berkarya seni dalam usaha mengembangkan Dan  menjunjung tinggi nilai budaya bangsa.[5]Siswa dapat berapresiasi pada karya seni rupa Dan olah pengalaman dalam berkarya kreatif sesuai dengan jenis kegiatan pilihan masing-masing.[6]
Dalam bukunya Educating Artistic Vision, Eliot Eisner membagi dua golongan tujuan dalam pendidikan seni ,yaitu:
1.. Tujuan yang sifatnya kontekstualistik, yaitu pemanfaatan pendidikan seni rupa sebagi instrument untuk mencapai sesuatu yang ada diluarnya (ingat slogan Art as Education),misalnya, mengembangkan kreativitas, seni rupa dimanfaatkan untuk terapi,membantu pembentukan konsep-konsep dalam mata pelajaran laindan sebagainya.
  1. Tujuan pendidikan seni rupa yang sifatnya esensialistik, yakni pemanfaatan seni rupa sebagai pembinaan pengalaman dan pengertian visual yang unik dan hanya bias  dicapai oleh pendidikan seni rupa untuk pendidikan ( dalam hal ini bandingkan dengan, misalnya, tesis John Dewey (Art as Experience). Bagian ini jangan disalahmengertikan dengan pendidikan seni rupa untuk mempersiapkan anak didik menjadi seniman.[7]
11. Manfaat Pendidikan Seni Rupa
                  Kalau kita bicara manfaat pendidikan seni rupa sebenarnya pendidikan ini sangat besar manfaatnya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta pelajaran-pelajaran lainnya yang diajarkan di pendidikan sekolah umu, misalnya pelajaran IPA, Matematik,IPS dan sebagainya.Bisa dikatakan bahawa seni rupa adalah juga ilmu pengetahuan dan juga teknolog.Apalagi kita akan memasuki era globalisasi dimana seni bukan masalah ekspresi(ungkapan batin seniman)tapi adalah, yang mempunyai fungsi.
                  Pemanfaat pendidikan seni rupa,Eliot Eisner dalam Soedarso SP dalam hubungannya dengan tujuan yng kontekstualistik ada sedret fungsi yang pernah dititipkan kepada pendidikan seni rupa.. Meskipun Eisner juga menyatakan bahwa setiap pemanfaat seni rupa untuk kepentingan lain itu sesungguhnya melemahkan kesempatan untuk memperoleh pengalaman seninya sendiri dan oleh kerana itu dapat dianggap sebagai menyorot apa yanr seharusnya dapat diperoleh anak-anak didik dari pelajaran seni rupa.Adapun fungsi pendidikan seni rupa itu, yaitu :
  1. Seni rupa dipakai untuk tujuan yang fisiologis sifatnya
  2. Seni rupa sebagai terapi
  3. Seni rupa sebagai penyalur hobby (avokasional).
  4. Seni rupa sebagai persiapan profesi (vokasional)
  5. Seni rupa sebagai medium untuk pengembangan creative thingking.
  6. Seni rupa membantu matapelajaran yang lain .
  7. Seni rupa membantu pembentukan pribadi.
  8. Pendidikan seni rupa diambil nilai fungsional/praktisnya.
  9. Pendidikan seni rupa sebagai saranan penuangan tradisi.[8]              
Disamping fungsi diatas pendidikan seni rupa sebagai saranan mengenalkan budaya bangsa. Kita ketahui hasil budaya khususnya seni di Indonesia beranika ragam.Adanya pengenalan budaya bangsa akan membangkitkan dan menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsanya, dimana selalu berhubungan dengan rasa kebangsaan.Dengan selalu bergaul dan mengenal seni bangsa sendiri, lama kelamaan tertanam rasa cinta dan menghormati bangsa sendiri dan bangga akan karya-karya bangsanya.
            Adapun tujuan yang esensialistik sifatnya, menurut Eisner adalah suatu Artistic Learning yang pada garis besarnya dapat digolongkan dalam tiga sektor, iaitu:
(a) Pengembangan kemampuan penciptaan bentuk-bentuk seni rupa
(b) Pengembangan kemampuan persepsi estetik.
(c)Pengembangan kemampuan pemahaman seni sebagai satu fenomena cultural.
            Engku M. Safei, merinci fungsi pendidikan seni rupa di sekolah umum antara lain:
1.                  Berjiwa kritis melalui latihan mata dalam membedakan garis lurus dan tebal, lurus dan bengkok, warna yang satu dengan yang lain.
2.                  Berjiwa harmonis melalui latihan menyusun komposisi bentuk dan warna yang sesuai dengan perasaan estetika 
3.                  Berjiwa berani mengambil keputusan melalui latihan mencoret pensil, pena atau kwas secara tepat pada bidangnya.
4.                  Berjiwa mampu menerima kritik dan memperbaiki kesalahan atau kekurangan pada hasil lukisan .
5.                  Berjiwa toleran atas perbedaan sikap dan pikiran seseorang melalui latihan melukis objek yang sama tapi berbeda dalam visi dan stil masing-masing .
6.                  Berkemampuan mengembangkan imejinasi secara kreatif melalui latihan melukis bebas atau meniru alam dengan harga senilai (bukan meniru dengan harga bentuk ).
7.                  Berjiwa displin melalui latihan menyiapkan setiap pekerjaan sampai selesai apabila telah dimulai.[9]
Dalam hal ini ,pendidikan seni rupa tidak hanya ditilik dari bentuk dan strata dan formalnya saja melainkan juga harus  difahami sebagai suatu piranti dasar pemahaman kesenian itu sendiri. Pendidikan ini harus dijadikan pendidikan untuk memahami kesenian, yang didalamnya tidak hanya tersedia sekumpulan pengetahuan, tetapi justru pemahaman terhadap seluk beluk dan upaya pengembangan seni agar tujuan pendidikan disekolah umum bisa tercapai:
           Tujuan pendidikan seni disekolah-sekolah umum adalah untuk menunjang tercapainya institusional pendidikan disekolah itu bahkan tujuan pendidikan pada umumnya,yaitu membentuk pribadi-pribadi yang utuh, yang berkembang semua fungsi serta kemampuan dengan baik,berkembang fungsi kognitif,efektif, serta psikomotoriknya.Setiap kurikulum berikut  bagian-bagiannya harus berorentasi kepada tujuan pendidikan dan bersifat interaktif, artinya setiap bagian dari kurikulum tersebut harus berperanan dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan.[10]
111.  Problematikanya Pendidikan Seni Rupa
      Seandainya pemanfaatan pendidikan seni rupa disekolah-sekolah umum itu benar-benar direalisasikan dengan sistem pendidikan yang tepat, alangkah luar biasanya manfaat dari pendidikan seni rupa bagi pembentukan perkembangan manusia, kerana manusia menciptakan dan menerima seni secara rohani dan jasmani. Di sini pendidikan seni merupakan satu bentuk pendidikan yang baik kerana seni dapat berbuat banyak dalam pendidikan dan dimanfaatkan pada bidang-bidang lainnya.
      Akan tetapi, sebuah reality bila kita mengamati dunia pendidikan seni rupa diIndonesia masih belum memenuhi harapan kita semua.Diskusi-diskusi,seminar-seminar bahkan kritikan-kritikan tajam selama ini belum memberikan harapan akan tumbuhnya tat-pikir yang tepat didalam memberikan sumbangsihnya,kemana arah pendidikan ini yang ingin kita harapkan.Selama ini pendidikan seni rupa disekolah menengah umum cenderung belum secara maksima, sehingga pendidikan seni rupa belum begitu popular disbanding dengan pelajaran lain seperti IPA,IPS,Matematika dan sebagainya.Kurangnya siswa memahami pendidikan seni ini,disebabkan kurikulum matapelajaran seni rupa yang tidak ditilik secara saksama,kurangnya guru yang professional di bidang seni rupa disamping sarana dan prasarana yang belum memadai.
      Dalam kaitan probelmatika pendidikan seni rupa,saya mencoba memberi gambaran apa yang sebenarnya terjadi dalam pendidikan ini, khususnya dipendidikan sekolah umum.Memang begitu banyak dan kompleks problematika pendidikan ini sehingga tidak mudah untuk dijelaskan dan perlu waktu yang panjang untuk memberi uraian yang tepat dan terarah.
      Selama ini yang terjadi dalam pendidikan seni rupa belum mengarah kepada tujuan yang diharapkan,kerana tidak ditiliksecara saksamakeberadaan kurikulum dalam pendidikan ini.Hal ini mengakibatkan pendidikan seni rupa kurang bermakna yang mendalam bagi anak didik.Sering terjadi salah tafsir dalam system kurikulum pendidikan menengah umum.Pendidikan seni rupa yang menekankan kebebasan berekspresi selain belum waktunya untuk dinalarkan pada anak didik, juga akan menyulitkan guru untuk menilai.Kenyataaan bahwa proses berseni itu mengungkapkan ,akan tetapi lebih ditujukan istilah ekspresi yang dikaitkan dengan gejolak jiwa.Perlu diketahui gejolak jiwa adalah semata-mata sensasi yang ditimbulkan oleh rangsangan yang menghampiri salah satu  perasaan organ .Hal ini akan membuat reaksi  berubah-ubah dari satu keadaan kepada keadaan lain dengan cepat pada jenis rangsangan.Secara umum eksperasi kejiwaan adalah masalah-masalah yang sangat komplek, banyak dipertimbangan serta penghayatan nilai dan ini akan menyulitkan seseorang guru untuk menilai karya anak didik.Dengan tolak ukur apa guru untuk menilai?.Bagaimana guru bisa mengetahui  bila anak didik melukis abstrak itu semata-mata pelarian kerana anak didik tidak mampu menggambar .Bagaimana guru membandingkan pencapaian anak didik disatu pihak melukis dengan gaya Naturalisme, dipihak lain anak didik melukis dengan gaya Ekspresionisme?.Malahan,seringkali penilaian terhadap pendidikan   seni rupa salah dan benar sebagaimana pelajaran IPS maupun IPA. Kesulitan ini memang bukan ditimbulkan oleh guru, tapi terletak pada kurikulum pendidikan seni rupa.
      Akan tetapi lain halnya bila ekspresi itu sebagai percobaan untuk melatih kepekaan persepsi visual,tentang pengertian garis,proporsi,bentuk,irama balans .Ini semua merupakan aspek-aspek estetika yang sangat diperlukan didalam karya teknologi sebagai pengganti karya ilmiah. Apalagi karya teknologi selalu melibatkan sains,matematik,IPA,estetik,kriya dan ketrampilan yang saling terikat.Hal yang terpenting dalam hal ini bagaimana pengalaman estetis itu diarahkan untuk merangsang daya imajinasi menghadapi masalah yang konkrit dan mengembangkan daya kreatifitas dengan cara berfikir visual,yang memungkinkan siswa menggunakan pengalaman tersebut sebagai instrument untuk berkreasi apa saja.Sedangkan masalah keindahan yang merupakan inti berseni tidak diertikan sebagai keindahan formal yang relaitif,tapi pada nilai kegunaan yang sesuai dengan tuntutan manusiawi.
      Selain itu,konteks pendidikan seni rupa disekolah umum membuktikan adanya dikotomi dan hanya sekadar pengetahuan tambahan sehingga pemahaman seni rupa tidak secara mendalam difahami oleh anak didik .Pelajaran seni rupa seolah-olah merupakan pelajaran asing yang tidak ada hubungannya dengan matapelajaran IPA,matematik,IPS,maupun lainnya.Bentuk tugas,tema,serta metode yang dinalarkan mengajak anak didik seolah-olah berimpathy sebagai seniman.Hal ini menyebabkan pendidikan seni rupa tidak mungkin berkaitan dengan eksperimen ilmu dan teknologi yang dinalarkan dalam mata pelajaran fizik,matematik dan sebagainya .Sebaliknya matapelajaran fizik dan matematik menjadi terlalu verbal,mempelajari prinsip hokum dan rumus sehingga kehilangan potensinya untuk merangsang inovasi-inovasi teknologi.Ini kerana siswa tidak dilatih berfikir visual,mengembangkan idea-idea baru yang imajinatif yang seharusnya ditawarkan dalam mata pelajaran seni rupa.Disinilah pentingnya tujuan pendidikan seni rupa yang esensialistik yang dikemukakan didepan.
      Oleh kerana itulah maka apabila pendidikan seni rupa pun tidak memberikan jenis pengembangannya ini para siswa akan selamanya tidak memperolehnya,Dan hasil daripadanya adalah manusia-manusia yang tidak peka akan seni rupa,bahkan tidak peka akan keindahan-indahan visual yang ada disekitarnya untuk selama-lamanya.[11]
      Dan kalau kita mengamati pendidikan seni di Indonesia secara umum kondisinya masih sangat  memprhatinkan,seperti apa yang pernah ditulis beberapa orang di surat khabar yang pernah terbit.
  1. Penciutan porsi pendidikan seni (terutama dilembaga pendidikan umum dan Taman kanak-kanak hingga tingkat SMU),telah menjadi kendala yang memacetkan pemahaman kesenian . 
  2. Proses belajar kesenian terlampau berpihak kepada sekadar pengetahuan “tambahan” telah menempatkan pemahaman kesenian sebagai program yang dicampakkan.
  3. Orentasi pendidikan yang mengesampingkan pemahaman kesenian dalam kurikulum serta merta mengeluarkan kesenian dari skala prioritas penting
  4. Proses penghargaan (aspresiasi)kesenian lebih mementingkan kepada hasil akhir(karya) bukan kepada proses menjadikan orentasi pemahaman yang semata-mata mengejar kepentingan materi.
  5. Proses keberadaan kurikulum kesenian dan proses belajar mengajarnya yang tidak ditilik secara saksama telah membentuk situasi pendidikan kesenian menjadi  kedodoran.
  6. Realitas tersebut belum tuntas difikiran dan diejawantahkan ke dalam bentuk kebijakan pendidikan yang kelak menjadi supra-struktur pendidikan kesenian.[12]
Sistem pendidikan kesenian disekolah-sekolah umum di Indonesia sampai sekarang ini masih amburadul, akibatnya anak didik tidak memiliki kemampuan sekaligus pemahaman yang benar mengenai kesenian itu sendiri.Selain kerana ketidakfahaman terhadap kesenian itu sendiri,kesalahan dalam pendidikan kesenian disekolah-sekolah umum juga disebabkan para elit pemimpinyang berada dipuncak kekuasaan belum menyedari sepenuhnya erti dan hakikat kesenian.[13]
            Ironis memang, dimana pendidikan seni diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan umum sebagaimana diutarakan di depan,justru kurikulumlah yang menyebabkan masalah yang sangat kompleks.Yang jelas pendidikan seni rupa sudah mendesak untukdikaji kembali system pendidikan ini,sehingga anak didik menganggap seni rupa bagian yang integral yang bisa dimanfaatkan oleh mata pelajaran lainnya.
1V  Kesimpulan
            Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia sangat penting dan mempunyai berbagai aspek bagi kelangsungan setiap individu.Seni dalam pendidikan umum, adalah merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat diabaikan, sebab dalam kehidupan manusia kedua unsur ini saling terikat.Seni pada hakikatnya hidup dan melekat dalam kehidupan manusia,halnya demikian dengan pendidikan seni rupa disekolah umum sangat bermanfaat sekali bila dibimbing secara profesional sehingga siswa  dapat memainkan peranan yang nyata dan benar-benar dapat memahami selok-belok dalam upaya pengembangan seni.
            Dengan demikian diharapkan para siswa benar-benar timbul kesedarannya dalam mempelajari seni rupa sehingga terjadi penghayatan diri yang mampan.Oleh kerana itu pendidikan yang merupakan suatu proses pertumbuhan individu perlu diperhatikan pengembangan kekuatan , bakat, kesanggupan dan minat, melalui seni melatih kepekaan anak didik terhadap nilai-nilai keindahan dan memupuk,merangsang kreativitas anak didik dapat mengkomunikasikan aspirasi jiwanya dalam karya cipta seni rupa.Segala pengalaman yang didapati dituangkan kedalam bahasa yang dapat dimengerti melalui seni rupa.
            Jadi yang jelas, pendidikan seni rupa disekolah umum perlu dipertajamkan sehingga menjadi yang tepenting dalam mengembangkan aktivitas, penyaluran imajinasi dan fantasi yang sangat bermakna dalam memelihara kreativitas serta produktivitas bagi anak didik.Oleh kerana itu pendidikan seni rupa disekolah umum harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, tuntutan pembangunan, kerana suatu saat masyarakat akan sedar apa yang diperlukan dalam zaman teknologi sekarang ini tidak semata-mata “verbal thinking” tapi juga “non verbal thinking” dimana seni rupa mempunyai peranan yang dominant.



[1] Ki Hajar Dewantara,1997, Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta , p. 70.
[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan , Bina Aksara, Jakarta , 1984, p.102.
[3] Ki Suratman, Pendidikan dan Pengembalian Sumber Daya Manusia Peringatan 70 tahun Tamansiswa,Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa , Yogyakarta, 1992, p. 249.
[4] Suwaji Bustomi,(1990), Wawasan Seni ,Semarang: IKIP Semarang,p. 10
[5] Kurikulum SMU Landasan, Program Dan Pengembangan,Departmen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta,1993 .
[6] Diah Latifah Dan Sulastianto, Pendidikan Seni untuk SMU,Ganeca Exact, Bandung, p. 26.
[7] Soedarsono, SP, “Quo Vadis Pendidikan Calon Guru Seni Rope Kita ,” Journal Seni , Edisi Oktober, BP ISI Yogyakarta,Yogyakarta, 1992, p. 102.
[8] Ibid.,pp. 102-104.
[9] A.A Navis, “Seni Dan Pendidikan” , Makalah Konggres Kesenian Indonesia-I, 1995, p.6.
[10] Soedarso SP., Op.Cit.,  p. 99.
[11] Ibid., 105.
[12] Mamannoor , Membongkar Kunci Pendidikan Kesenian,Harian Republika, 31 Desember 1995.
[13] Sri Hastanto,Sistem Pendidikan Kesenian Indonesia Masih “Amburadul” , Kompas, 10 Oktober 2000.

No comments:

Post a Comment